Jerman vs USA!

Well, kali ini nggak mau cuap-cuap banyak sih. Cuma pengen menceritakan sekilas saja, hehehe. Kalo gue banyak sok tahu...maklumin aja, remaja labil.
Akhirnya, gegap gempita World Cup nyampe juga ke gue.
Seperti yang kita tahu, beberapa jam yang lalu Jerman baru saja mengalahkan USA dengan skor 0-1. Membuat banyak fans USA galau. Yang gue heran kan Jerman yang menang, kenapa pelatihnya malah jadi yang ngamuk tadi? Aneh.

Gue bukan maniak bola. Cuma senang dengan Real Madrid, itupun gak fanatik. Mentok-mentok fanatik cuma taruhan 3.000 sama Taruna waktu Real Madrid lawan Barca di Copa del Rey, MENANG LAGI. 

Seri Anak-Anak Mamak: Burlian

Yang namanya dunia fiksi itu tidak akan ada habisnya, ya namanya juga terbit dari imajinasi yang selalu baru dan terasah. Tiap tahun, pasti ada aja rentetan baru penulis-penulis dengan karya ide yang segar pula. Tapi gue agak jengah dengan ide penulis zaman sekarang, yaitu tentang kisah cinta (padahal gue tiap hari nulis cerita cinta, hih -_-). Memang sih ceritanya banyak yang bagus dan nggak pasaran kayak FTV, tapi kebanyakan kisah cinta gak ngasih gue kesan 'wow' yang mendalam. Paling mentok cuma, "ah begini endingnya. Udah ketebak. Bikin twist napa". Kecuali cerita karya Dee itu baru bisa gue aplaus, dan gue yakin masih banyak ratusan penulis lain dengan romansa 'wow' kayak Dee, tapi belom ketemu sama gue aja.

 Romansa, atau kasih sayang, atau cinta, ga selalu harus dihubungkan dengan hubungan antara cewek dan cowok yang kemudian menjalin asmara. Keluarga dan persahabatan bisa menjadi tema yang favorit, dan untuk tema keluarga, ada satu penulis favorit gue yang apik banget menuliskannya, dan menjadi panutan gue dalam menulis fiksi yang lain.

 Untuk fiksi bertema keluarga siapa lagi kalau bukan Tere-Liye?
 Novel tentang family-nya begitu fenomenal. Dia juga menyelipkan banyak nilai religi Islam dari novelnya itu. Contohnya Hafalan Shalat Delisa, yang menjadi novel pertama dia yang gue koleksi. Di novel itu Om Tere bukan cuma menampilkan sisi keluarga yang erat, tapi juga sisi keagamaan yang sudah terlihat jelas dari judulnya. Novel itu juga membuat motivasi besar---tentang bagaimana kukuhnya iman seorang anak berusia enam tahun, dan membuat gue sempat malu ketika membacanya. Bagaimana dengan gue? Apakah imannya sudah sekuat Delisa?

Selain Hafalan Shalat Delisa, berbagai novel bertema keluarga lainnya yang juga jadi favorit adalah Bidadari-Bidadari Surga. Novel itu sukses bikin nangis banjir, dan sosok Kak Laisa harusnya  bisa menjadi panutan gue, sebagai anak sulung. Yah, sebagai anak perempuan sulung, gue merasa menyatu aja sama figur Kak Laisa di novel itu. Walaupun bacanya gue cuma minjem tapi novel itu memberikan banyaaaak nilai moral. Tere-Liye emang apik buat menunjukkan cerita yang bermutu dengan segudang pesan moral di dalamnya. Ah, i love it.

 Novel tema politik pun juga digandrung Om Tere, dari novel Negeri Para Bedebah dan Negeri Diujung Tanduk (walaupun belum baca novelnya sih, cuma lihat dari review aja). Ada juga novel romantis yang juga bikin lo bakal nge-fly sendiri saat membacanya. Contoh novel romance Tere-Liye adalah Berjuta Rasanya dan Sepotong Hati Yang Baru. Masih banyak novel super bagus lain hasil karyanya, yang bisa jadi list buat bacaan, dan bisa dilihat disini.

Dan gue mau membahasa novel lagi karya Tere-Liye, yang, ah, kental banget nilai keluarga, agama dan moralnya. Novel ini berbentuk serial, dan dinamai Seri Anak-Anak Mamak.

Anak-Anak Mamak adalah serial novel karya Tere-Liye yang menceritakan tentang empat anak pasangan Mak Nur dan Pak Syahdan dengan masa kecil mereka yang indah dan penuh nilai. Mereka hidup di tengah kebersamaan kampung terpencil Sumatra, namun dengan kisah yang indah (dan bahkan sempat membuat gue iri dengan masa kecil mereka). Sumpah ya, serial ini kayak keluarga gue masa HAHAHA. Yep, ceritanya adalah dua anak perempuan sebagai si sulung dan bungsu, dua anak laki-laki sebagai anak kedua dan ketiga.

 Anak pertama adalah Eliana, terkenal sebagai si pemberani. Yang kedua adalah Pukat, yang terkenal pandai dengan otak encernya. Yang ketiga ialah Burlian, si bandel dengan segala sikap berontaknya, namun ia terkenal sebagai anak yang spesial bagi Mamak dan Bapaknya. Dan si bungsu adalah Amelia, gadis yang terkenal sakit-sakitan.

Tapi untuk kali ini gue mau mereview si Burlian dulu, si anak ketiga.

Well, urutan serial buku ini membingungkan sebetulnya. Kalau lo ke toko buku dan menemukan tumpukan empat buku serial Anak-Anak Mamak ini, lo akan bingung mencari yang mana buku pertama, kedua, dan ketiga. Tidak ada clue-nya. Beda kan sama Harry Potter, di bagian samping kan bisa dikasih tau 'tahun 1' atau 'tahun 2' jadi ga bingung.

Dan juga, Om Tere juga bikin pusing dalam menerbitkannya. Amelia, buku pertama, memang buku ke satu, namun malah diterbitkan paling terakhir. Burlian, buku ketiga, justru menurut gue yang paling pertama diterbitkan. Aneh banget pokoknya. Kenapa nggak sesuai urutannya aja sih?-_-

Buku pertama yang gue beli adalah Burlian. Sebetulnya novel ini novel yang terbilang cukup lama, dan gue aja beli yang cetakan ke berapa, entah. Yang jelas empat seri ini best seller. Ditilik dari cover lama, cover cetakan terbaru 2014 lebih menarik. Kalau cetakan pertama Burlian covernya bergambar seorang anak di padang rumput dengan langit biru, bersama seekor rusa gemuk di sebelahnya, dan awan tipis di langit membentuk sebuah kapal besar, cover 2014 lain lagi. Cover 2014 menggambarkan suasana ketika Burlian ikut lomba maraton dan menyelip lewat hutan, ada di bagian akhir cerita.

Burlian diceritakan selalu dikatakan "spesial" oleh Mamak dan Bapaknya. Dan hal itu kelak yang menjadi pegangan sekaligus motivasi bagi Burlian tiap kali ia terbentur masalah.

Ceritanya sederhana sekali, khas Tere-Liye yang menunjukkan nilai lain dari sebuah kampung terpencil yang tampak tidak ada artinya. Burlian terlahir dari Pak Syahdan dan Mak Nur yang tidak tamat Sekolah Rakyat, alias SD. Sehingga pantas saja Burlian diberikan pendidikan tinggi agar kelak tidak seperti Mamak dan Bapaknya, tidak peduli pendidikan yang sangat seadanya.

Burlian terdiri dari 25 episode cerita. Dan tokoh favorit gue disini banyak sekali. Yang paling menyentuh ialah ketika Munjib, teman Burlian, rela tangannya terkena luka bakar karena tekadnya bersekolah. Pada bab itu mengajarkan untuk menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk kita. Cerita itu dirangkum dalam dua bagian Jangan Pernah Berhenti Percaya.

Diceritakan Munjib dilarang Bapaknya sekolah karena ketergantungan biaya. Munjib sebetulnya punya tekad super kuat dalam hatinya untuk tetap sekolah. Pak Bin, guru mereka yang sudah mengabdi sendirian di sekolah selama berpuluhan tahun, bersama teman sekelas lain, mengusulkan ide cerdik untuk memancing Munjib. Mulai dari didatangi Bapaknya dan bermusyawarah, sampai diam-diam dipinjamkan buku dari perpustakaan.  Munjib dipinjami sebuah buku cerita---Monte Cristo, oleh Pak Bin. Selama beberapa saat Munjib sembunyi-sembunyi membacanya, sampai akhirnya ketahuanlah oleh sang Bapak buku itu disimpan di kolong tempat tidur. Bapak Munjib membakar buku itu, dan Munjib berusaha menyelamatkan buku tersebut dan malah luka bakar di tangan yang dia terima. Sebaliknya, buku itu tak terselamatkan sama sekali. Pokoknya bagian Jangan Pernah Berhenti Percaya ini memang menohok hati tanpa diminta.

Bagian lain adalah Nakamura-san. Nakamura diceritakan adalah pemimpin dari suatu proyek terusan di pulau Sumatra. Dia adalah bapak-bapak yang berteman baik dengan Burlian. Dan suatu ketika dia menceritakan tentang anaknya Keiko, yang marah dan tak pernah lagi berkirim surat ketika tahu Nakamura mengerjakan proyek terusan itu. Burlian, yang tergugah, kemudian mengirim surat agar Keiko mau menghubungi Ayahnya lagi. Quotes favorit Nakamura...
Jalan ini tak berujung, Burlian-kun...tak akan pernah. Dari jalan panjang ini kau bisa pergi lebih jauh lagi, menemukan sambungan jalan berikutnya...mengelilingi dunia, melihat seluruh dunia, masa depan anak-anak kampung, masa depan bangsa. Masa depan kau yang penuh kesempatan...

Untuk di keluarganya, Burlian termasuk anak yang beruntung. Berbeda dengan Pukat dan Eliana yang melanjutkan SMP di kota kabupaten, Burlian justru melanjutkan SMP di asrama Jakarta, atas ajakan Nakamura-san. Di akhir cerita, diceritakan Burlian akhirnya bertemu dengan Keiko yang sudah bersahabat pena dengannya, di Tokyo, dan bertemu kembali dengan Nakamura-san.

Di novel ini, gue wajib menceritakan satu tokoh. Yaitu Pak Bin. Ah, dia ini figur guru. Pak Bin adalah seorang guru honorer di sekolah Burlian. Dibanding guru lain, pengabdian Pak Bin jauh lebih membekas. Dia tidak pernah diupah banyak, biasanya pakai upah kayak beras atau ubi. Pak Bin pun selain mengajar juga harus berkebun untuk memenuhi kebutuhannya. Harapannya cuma satu, yaitu diangkat menjadi PNS. Tapi harapan itu tak pernah terwujud, padahal dilihat dari segi perjuangan, Pak Bin patut diberi penghargaan yang tinggi. 
Namun dunia memang sudah tidak adil saat itu. Panitia pengangkatan jelas tidak menerima Pak Bin karena satu hal; uang. Pak Bin, yang menjunjung tinggi kejujuran, sekaligus tidak punya biaya untuk menyuap, jelas sedih dan berputus asa akan hal itu. Meskipun ia sudah berkali-kali mendaftar, namun masalahnya jelas hanya di uang. Dia bahkan hampir mau berhenti mengajar, namun karena kemarahan Munjib, akhirnya, ia mengajar kembali. Gue bahkan nangis waktu tahu untuk kesekian kalinya tes pengangkatan Pak Bin gagal, gak tau kenapa, kebawa cerita kali, hehe.
Di epilog dijelaskan, Pak Bin berhasil mendapat penghargaan dari pemerintah berkat jasa Burlian. Burlian ketika itu meminta para wartawan TV agar Pak Bin diangkat jadi PNS, dan berita itu menyebar cepat sampai ke presiden.

Pelajaran yang bisa dipetik:
  • Kejujuran itu mahal harganya.
  • Jangan pernah berhenti untuk menggapai cita-cita, sesulit apapun, karena kita tidak akan sendirian, akan ada banyak tangan yang membantu di saat masa yang sulit.
  • Berani untuk mengambil keputusan dalam hidup.
  • Seseorang yang terlihat buruk di luar, belum tentu di dalamnya seperti itu.
  • Rela berkorban.
  • Harus menuruti perintah orangtua, karena kalau dibantah, nanti nyesel sendiri.
  • Jangan pernah membenci pengorbanan seorang Ibu.
  • Harus bisa mengerti keadaan keluarga.
  • Menjaga keaslian alam yang ada di sekitar. Bukan merusaknya.
  • Harus kompak dan membaur dengan siapa saja.
  • Jangan pernah menerima harta haram.
  • Jangan menghina orang kalau kita sendiri nggak bisa melakukan apa yang dia lakukan.
  • Dan banyak lagi.
Quotes:
 Dan yang lebih jahat lagi, ketika seorang pemimpin terpilih, kau justru asyik memperoloknya daripada membantunya bekerja...
 Begitu pula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon… Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditanam, semakin baik dipelihara, maka pohonnya akan semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, menentukan seberapa baik kalian akan menghadapi kehidupan.
 Kau tahu, Burlian? Dialah yang mengalahkan raja-raja hebat dunia. Menggerus gunung menjadi rata. Membuat daratan menjadi lautan. Dialah sang waktu.
  Dunia ini tidak hitam-putih, Burlian. Lebih banyak abu-abunya. Jarang ada orang yang hatinya hitam sekali, dan sebaliknya juga susah mencari orang yang hatinya sempurna putih.

Jangan pernah membeci Mamak kau, Burlian… jangan pernah… karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Kak Pukat, dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinyabahkan belum sepersepuluh dari perngorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.

 Tidak ada demokrasi untuk orang-orang bodoh.
Kau tau kenapa seorang pemimpin yang adil doanya makbul  berkali-kali lipat? Karena seorang pemimpin memegang baik-buruk nasib orang-orang yang dipimpinnya.


 Untuk yang 'haus' dengan novel tema keluarga, dan penuh pesan moral tanpa perlu menggurui, novel ini jawabannya.

Cover 2014






Cover lama


NEED HELP

Hal yang membuat gue senang akhir-akhir ini adalah ketika tahu gue bisa mengolah blogspot dengan baik. Biasanya sih pake wordpress, karena gampang. Tapi yang membuat gue tertarik dengan blog adalah template-nya yang unyu-unyu...wordpress sekarang kan tema ga bisa nginstall. Kalo blog, cukup download template fav, setel dah tuh di dashboard ente, selesai.

Tapi, saat lagi senang-senangnya magang di blogspot, blog gue kena penyakit serius...

POSTNYA JADI ADA DUA GITU DEH.

Errrgh sumpah bikin jengkel. Gue udah googling kesana kemari, sampe tangan keriting ngetik 'post blog ganda', apa aja pokoknya kata kunci yang bisa mengatasi masalah tampilan ini. DAN GAGAL MULU!!! Sumpah bikin jengkel minta ampun. Gue sempet mau ganti domain, peleh tapi nanti malah makin ribet.

Entah kapan mulai kek gini tapi kayaknya semenjak gue kasih tanda 'read more' di artikel Tanpa James. Jir. Aku menyesal. Sungguh *mata berkaca-kaca*


Anyway ada yang bisa?

Sebetulnya udah edit HTML seperti yang disarankan. Tapi walaupun beberapa kode HTML yang dipercaya membuat tampilan jadi gini udah gue apus, TETEP AJA BEGINI TAMPILANNYA. Dan satu lagi, ane pusing sekali lihat kode-kode HTML yang nggak jelas. Liatnya aja udah males, apalagi nyari kode yang jadi biang kerok tampilan double begini. Mana kotak 'find in page' PC juga bermasalah, ga terlalu efektif.

AAAAH, SOMEONE HELP ME, PLEASE?

Gimana Sih Rasanya?

Hidup di desa kayaknya asyik ya?
Bisa nikmatin pemandangan yang bagus, udara sejuk, gotong royong, dan lain-lain.
Well, sebetulnya banyak banget desa di Indonesia yang tipenya seperti itu.
Tiap tahun gue selalu ke desa pembantu gue.
Memang kayak begitu kok!
 Tapi entah kenapa,
Gue justru tertarik sama salah satu desa di Eropa.
Kalau misalnya ada meditasi nih, gue selalu mengkhayal tentang desa ini.
Soalnya katanya pemandangannya memang indah banget, walaupun gue cuma tau keindahan itu dari Google doang.
Teng tereng...
Desa ini adalah desa Juf yang berada di Swiss.
Desa Juf terhitung sebagai sebuah desa tertinggi di Eropa. Berada kalo gak salah di kaki gunung Alpen lah. Anjas, liat fotonya aja udah bikin gue ngiler. Kayaknya asyik bener ya tinggal disana? Jalanan terjal hijau...di kaki gunung lagi! Desa tertinggi di Eropa pula!
Wisss bro, tau darimana desa ini?
Dari buku lah.
Pertama kali tahu dari novel Alline---salah satu penulis remaja fav gue. Walaupun tahunya dari novel pinjaman sih, ahahah. Di novelnya yang berjudul Aviredie, menceritakan sebuah persahabatan yang terjalin di desa ini. Gue terus terang salut sama novel ini. Alline emang best writer, hahaha! Ketahuan dari betapa luasnya geografi yang dia tampilkan di novelnya itu.
Dan gue langsung cari tentang desa ini dan memang bagus banget. Entah kenapa, pengen aje tinggal disana. Keciprat novel Aviredie kali ya? Hihihi. Tapi bro, tapi...
 GUE GAK BISA JERMAN ATAU PRANCIS SATU KATA PUN.
Prancis aja cuma tau bonjour, je t'aime, dan kata-kata mainstream lainnya. Peleh, itu juga gak tau pengucapan yang benernya gimana. Jerman? Cuma tahu Danke, artinya terimakasih. Lah gimana mau tinggal disana. Masih mending juga ada rumah yang bisa ditempatin buat homestay. Kalau di novel Aviredie, si Avoinne sih bisa dengan gampangnya hidup disana, karena Bibinya adalah penduduk sana. Dia juga kan orang New Zealand gitu. LAH GUE?
 Ah. Doa saja semoga ada orang yang berbaikhati ngajarin gue bahasa Jerman atau Prancis, dan ada homestay buat tinggal disana. Huhuhu, semoga aja.


Urgh.









 






Yey that's all. Juf aku datang. (emangnya kapan?)

Tanpa James

Sehari tanpa Kakakku?

About Jean Madison

Kau tahu siapa sosoknya?
Aku,
Selalu memperhatikannya tiap hari
Meskipun aku ini cuma sekedar kabut
Tapi, kenapa tidak?
Dia menyadari kehadiranku
Dia tahu aku selalu menonton
Tiap alunannya yang indah
Dia selalu tersenyum,
Ketika konsernya selesai.
Dunia tahu tentang musiknya,
Dunia terpukau dengan pesonanya
Kenapa aku tidak juga?
 
Untuk Jean Madison,
Kuharap kau tahu,
Betapa kau menginspirasi segumpal kabut sepertiku?
 
-actually, tokoh Jean ini untuk fiksi saya semata. Yes.

Kelas Tanpa Asal Usul

Well, sekarang ini sudah Juni brooo! Sama sekali nggak nyangka, dan anyway, kenapa sih baru pakai domain blogspot, sementara dari kemaren makenya wordpress mulu?

Sebetulnya blogspot ini udah dari jaman dulu dulu banget dibuatnya, tapi maklum bikinnya juga pas masih bocah jadinya ya ga pernah dipake. Lagipula bosen juga sih pake wordpress, pengen aja pake blogspot.com. Untuk wordpress sementara ini untuk sekedar wadah untuk share cerita fanfiction aja, domain ini dipake buat semacem...yah, blog orang pada umumnya. Sharing hal-hal yang terjadi di sekitar. (coba deh kunjungin wordpress saya disini. promosi doloe ceritanya).


Baru aja dibagiin rapot kemarin, dan lumayan akhirnya gue dapet ranking juga. Haha, first time in forever! (backsound Kristen Bell nyanyi) sebetulnya pas ambil rapot sih harapan gak muluk-muluk, "ah paling gue ranking 17 atau 18 lagi". Tapi siapa sih yang nyangka. Waktu Bu Siti menyerahkan rapot dengan penuh hikmad, dan gue membukanya, yang pertama kali dilihat adalah tulisan ranking yang tertera di lembar rapor HUAHAHA. Dan gue nggak nyangka, tau-tau dapet ranking 10 aja. Pas nggak tuh? Udah bener-bener di terakhir. Well, karena selama SD sampai SMP ini paling jelek itu dapet rank 18. Waktu SD gue ranking 9 aja udah digeblak, tapi karena SMP ini persaingannya tinggi kali, jadinya slow banget waktu tahu ranking gue amat pas-pasan. Ada Iffa, Balqis, Astri, Rahma, Arya, dan sederet lagi murid 79 dengan IQ melebihi batas, dan membuat gue sempat menciut.

Sebetulnya sih udah ga mikirin mau ranking berapa, tapi gue kedepannya mikir bahwa kelas 79 bakalan dipisah. Sedih sekali. Dari bulan Agustus 2013 sampai bulan ini, kita selalu bareng-bareng. Gila-gilaan, dan pokoknya kelas ini kreatif sekali.  Sempet terbersit "anjrit kelas macam apa ini" "ah gue mau pindah" "gila gua nyesel masuk sini" "pengen kaya kelas lain" tapi lama-lama gue sadar, mungkin emang takdir menempatkan gue di kelas aneh ini -_- 


 Kelas 79 beda dari yang lain, dan gue malah baru kepengen menghabiskan waktu lebih banyak lagi justru ketika hendak pisah. Tapi apa daya, seminggu terakhir sekolah gue malah ada halangan padahal hati ini udah kekeuh pengen masuk. Aaaah aku bakalan kangen 79. 


Ceritanya bermulai ketika saat itu ada acara Bento Adventure ya? Saat itu dikasih kelas yang sebenarnya. Gue seneng banget waktu mau ada pembagian kelas, karena kelas 74 itu SUPER PENGAP, mana persaingan dapet tempat duduk tinggi banget pula. Bayangin 50-an anak dalam satu kelas? Beuh. Jadi kalau mau dapet tempat duduk yang cuma berdua ya musti dateng jam 6an, kalau nggak, rela deh tuh musti duduk bertiga satu meja. Waktu itu daftar murid ditempel di jendela, dan nama gue dapet di kertas yang dipojok banget-___-kelas 79, yehey. Tapi yang konyolnya gue malah masuk ruangan 73, dan sempet setengah jam duduk disana, tanpa menyadari gue ini salah kelas. Soalnya kertasnya ditempel di depan 73 sih, gue kan salah kelas juga jadinya -_--- tapi untung langsung sadar dan mendapati bahwa ruangan 79 itu berada di sangat pojok dan terpencil. Tapi gue seneng, soalnya kelas ini terang juga. Ruangan 74 kan gelap.

But wait...
Kipas nggak ada satupun yang nyala.
Payah.

Gue duduk sendirian, di barisan paling pojok lagi, dan hanya duduk sambil wa-in Kesya dan bercurhat cipika-cipiki tentang sekolah masing-masing. Di lain sisi gue melihat ada anak cewek dikucir yang lagi galau dengerin musik di pojokan seberang. Kedepannya gue tahu bahwa anak itu bernama Diana. Tadinya pengen gue deketin tapi males sih. Trus di depan gue ada Zalfa dan Fachri yang kayaknya memang sudah ditakdirkan jadi soulmate dan belakang ada Septi dengan tubuh mungilnya. I STILL REMEMBER HAHAAY.

Well, awal-awal gue gak berniat berkenalan banyak dengan anak-anak disana. Waktu awal masih main sama anak-anak 74. Awal sih mainnya sama Alda, Atika, Mona. Tapi waktu itu gue baru tau kalau makhluk bernama Reisya ditempatkan satu kelas sama gue. Reisya ini tipe anak hijab yomen, dan dulu masih culun sekali, sekarang mah kek jakam. Eeeh...

 Terhitung hanya ada 4 anak dari 74 yang masuk ke 79. Gue, Arya, Reisya dan Gracelle.  Huh, masih inget banget waktu awal masuk gue ama Reisya masih sempet bilang "lho, cowok yang disana ganteng lho" dan beberapa bulan kemudian, sosok 'yang dikatakan' ganteng itu malah gue jadi ilfeel lihatnya hiii. Namanya Davied, dan sekarang tidak ganteng lagi. Heh.

Waktu awal pemilihan organisasi pun milihnya seadanya banget. Thamrin, jadi ketua kelas, yang kemudian mengembani tugas bolak-balik ke TU sama ruang guru, dulu masih luar biasa culun. Rambutnya belum di gel, dan sisi macho nya belum kelihatan. Iffat masih unyu unyu gembul. Well, sudah tidak ingat lagi sih, tapi setidaknya struktur organisasinya begini:

Ketua: Thamrin
Wakil ketua: Iffatricia 
 Sekretaris: 1. Fatimah 2. Hans
Bendahara: 1. Balqis 2. David
Seksi kebersihan: Reisya (padahal dia sendiri berantakan-_-)
Seksi keagamaan: Ariq (anak alim.)
Seksi kebudayaan: Diana
Seksi olahraga: Arya

Yak cuma bisa inget segitu aja. Dan juga sebetulnya ada Tania, yang secara tidak resmi menjabat sebagai wakilnya wakil ketua (nah lho?) karena dia dan Iffat itu seperti lem dan kertas. Iffat ada tugas disitulah Tania ada. Ih so sweet(?) pokoknya thankful buat Pak Teddy yang menyempatkan bikin organisasi kelas, walaupun sama sekali bukan wali kelas. I lop yu pak *tebar kisseu*
Wali kelas 79 adalah Almh. Bu Mursyida. Pertama kali ngajar itu dia banyak banget yang sebel. Soalnya tugas kelompoknya itu mantap sekali. Bahkan ada beberapa yang nyebut diaBu Musibah (astaghfir) saking dahsyat tugasnya itu. Mana lagi sih guru yang sekali ngasih tugas lo suruh ngerjain satu bab, yegak? Tugas kita juga ngaret banget hahaha, padahal kelas sendiri. Kelas 77 udah bab 5 kelas gue masih bab 3. Biarin lah kita telat, yang penting hepi.

Davied sempat menciptakan tren semacam merayu tante-tante. Dan diucapkannya dengan penuh gairah-_-sampe dulu Kartika nyemprot hari Senin, Davied sama Tante Melly, Selasa sama Tante Melati, Rabu, Kamis...dan seterusnya.

Dan juga cup song.  Entah sudah berapa gelas dihabiskan buat latihan maenan ginian. Waktu itu kelas berguru sama Astri, cuma biar biasa nyiptain irama 'tek-tek-duk-duk-tek-dung-tek'. Eh bener, tapi susah lho biar bisa, kelas gue banyakan yang frustrasi daripada yang berhasil -_- padahal kalo udah bisa pasti ngegumam sendiri "gampang banget" tapi emang prosesnya yang susah. 

Dan juga kotak pos ala 79. Dimainkan dengan lingkaran yang besar dan biasanya dimainin di depan kelas waktu jam kosong. Dulu sih ini tren banget, pokoknya nggak main nyesel. Lo dituntut untuk memikirkan suatu nama dalam waktu yang cepat, karena permainan ini berputar. Dan juga, nggak boleh nyebutin nama yang sudah disebut sebelumnya. Ketara, paling banyak kotak pos cuma sampe 2 puteran, karena pasti ga sengaja nyebut sesuatu yang udah kesebut. Karena the power of kepepet ini, banyak banget nama baru kayak hewan sirsak, duku dan pir. Empu nama hewan baru ini sih si Astri. Lucu banget kalo udah liat ada yang nge-blank.

Di kelas 79 ada doinya Pak Oktori, yaitu Iffat. Siapa lagi sih yang nyambung sehati seraga sama Pak Oktori kecuali si Ippat? Pokoknya Iffat dan Pak Oktori ini satu ikatan (apasih). Kalo Pak Okto lagi ngoceh, cuma Iffat yang bisa nangkep. Sungguh pacar yang perhatian.
Well, inilah kita. Dari yang awalnya jaim dan menyendiri, membaur. Dari awalnya sok malu-malu jadi malu-maluin. Dari yang awalnya ga kenal jadi kenal. Walaupun tahun ini bakalan pisah, gue harap teteeeeeup solid. Tetep beda dari yang lain, dan juga semoga perpisahan ga ngaruh apa-apa. Aaaah, love you guys! <3
 

Thursday, 26 June 2014

Jerman vs USA!

Well, kali ini nggak mau cuap-cuap banyak sih. Cuma pengen menceritakan sekilas saja, hehehe. Kalo gue banyak sok tahu...maklumin aja, remaja labil.
Akhirnya, gegap gempita World Cup nyampe juga ke gue.
Seperti yang kita tahu, beberapa jam yang lalu Jerman baru saja mengalahkan USA dengan skor 0-1. Membuat banyak fans USA galau. Yang gue heran kan Jerman yang menang, kenapa pelatihnya malah jadi yang ngamuk tadi? Aneh.

Gue bukan maniak bola. Cuma senang dengan Real Madrid, itupun gak fanatik. Mentok-mentok fanatik cuma taruhan 3.000 sama Taruna waktu Real Madrid lawan Barca di Copa del Rey, MENANG LAGI. 

Seri Anak-Anak Mamak: Burlian

Yang namanya dunia fiksi itu tidak akan ada habisnya, ya namanya juga terbit dari imajinasi yang selalu baru dan terasah. Tiap tahun, pasti ada aja rentetan baru penulis-penulis dengan karya ide yang segar pula. Tapi gue agak jengah dengan ide penulis zaman sekarang, yaitu tentang kisah cinta (padahal gue tiap hari nulis cerita cinta, hih -_-). Memang sih ceritanya banyak yang bagus dan nggak pasaran kayak FTV, tapi kebanyakan kisah cinta gak ngasih gue kesan 'wow' yang mendalam. Paling mentok cuma, "ah begini endingnya. Udah ketebak. Bikin twist napa". Kecuali cerita karya Dee itu baru bisa gue aplaus, dan gue yakin masih banyak ratusan penulis lain dengan romansa 'wow' kayak Dee, tapi belom ketemu sama gue aja.

 Romansa, atau kasih sayang, atau cinta, ga selalu harus dihubungkan dengan hubungan antara cewek dan cowok yang kemudian menjalin asmara. Keluarga dan persahabatan bisa menjadi tema yang favorit, dan untuk tema keluarga, ada satu penulis favorit gue yang apik banget menuliskannya, dan menjadi panutan gue dalam menulis fiksi yang lain.

 Untuk fiksi bertema keluarga siapa lagi kalau bukan Tere-Liye?
 Novel tentang family-nya begitu fenomenal. Dia juga menyelipkan banyak nilai religi Islam dari novelnya itu. Contohnya Hafalan Shalat Delisa, yang menjadi novel pertama dia yang gue koleksi. Di novel itu Om Tere bukan cuma menampilkan sisi keluarga yang erat, tapi juga sisi keagamaan yang sudah terlihat jelas dari judulnya. Novel itu juga membuat motivasi besar---tentang bagaimana kukuhnya iman seorang anak berusia enam tahun, dan membuat gue sempat malu ketika membacanya. Bagaimana dengan gue? Apakah imannya sudah sekuat Delisa?

Selain Hafalan Shalat Delisa, berbagai novel bertema keluarga lainnya yang juga jadi favorit adalah Bidadari-Bidadari Surga. Novel itu sukses bikin nangis banjir, dan sosok Kak Laisa harusnya  bisa menjadi panutan gue, sebagai anak sulung. Yah, sebagai anak perempuan sulung, gue merasa menyatu aja sama figur Kak Laisa di novel itu. Walaupun bacanya gue cuma minjem tapi novel itu memberikan banyaaaak nilai moral. Tere-Liye emang apik buat menunjukkan cerita yang bermutu dengan segudang pesan moral di dalamnya. Ah, i love it.

 Novel tema politik pun juga digandrung Om Tere, dari novel Negeri Para Bedebah dan Negeri Diujung Tanduk (walaupun belum baca novelnya sih, cuma lihat dari review aja). Ada juga novel romantis yang juga bikin lo bakal nge-fly sendiri saat membacanya. Contoh novel romance Tere-Liye adalah Berjuta Rasanya dan Sepotong Hati Yang Baru. Masih banyak novel super bagus lain hasil karyanya, yang bisa jadi list buat bacaan, dan bisa dilihat disini.

Dan gue mau membahasa novel lagi karya Tere-Liye, yang, ah, kental banget nilai keluarga, agama dan moralnya. Novel ini berbentuk serial, dan dinamai Seri Anak-Anak Mamak.

Anak-Anak Mamak adalah serial novel karya Tere-Liye yang menceritakan tentang empat anak pasangan Mak Nur dan Pak Syahdan dengan masa kecil mereka yang indah dan penuh nilai. Mereka hidup di tengah kebersamaan kampung terpencil Sumatra, namun dengan kisah yang indah (dan bahkan sempat membuat gue iri dengan masa kecil mereka). Sumpah ya, serial ini kayak keluarga gue masa HAHAHA. Yep, ceritanya adalah dua anak perempuan sebagai si sulung dan bungsu, dua anak laki-laki sebagai anak kedua dan ketiga.

 Anak pertama adalah Eliana, terkenal sebagai si pemberani. Yang kedua adalah Pukat, yang terkenal pandai dengan otak encernya. Yang ketiga ialah Burlian, si bandel dengan segala sikap berontaknya, namun ia terkenal sebagai anak yang spesial bagi Mamak dan Bapaknya. Dan si bungsu adalah Amelia, gadis yang terkenal sakit-sakitan.

Tapi untuk kali ini gue mau mereview si Burlian dulu, si anak ketiga.

Well, urutan serial buku ini membingungkan sebetulnya. Kalau lo ke toko buku dan menemukan tumpukan empat buku serial Anak-Anak Mamak ini, lo akan bingung mencari yang mana buku pertama, kedua, dan ketiga. Tidak ada clue-nya. Beda kan sama Harry Potter, di bagian samping kan bisa dikasih tau 'tahun 1' atau 'tahun 2' jadi ga bingung.

Dan juga, Om Tere juga bikin pusing dalam menerbitkannya. Amelia, buku pertama, memang buku ke satu, namun malah diterbitkan paling terakhir. Burlian, buku ketiga, justru menurut gue yang paling pertama diterbitkan. Aneh banget pokoknya. Kenapa nggak sesuai urutannya aja sih?-_-

Buku pertama yang gue beli adalah Burlian. Sebetulnya novel ini novel yang terbilang cukup lama, dan gue aja beli yang cetakan ke berapa, entah. Yang jelas empat seri ini best seller. Ditilik dari cover lama, cover cetakan terbaru 2014 lebih menarik. Kalau cetakan pertama Burlian covernya bergambar seorang anak di padang rumput dengan langit biru, bersama seekor rusa gemuk di sebelahnya, dan awan tipis di langit membentuk sebuah kapal besar, cover 2014 lain lagi. Cover 2014 menggambarkan suasana ketika Burlian ikut lomba maraton dan menyelip lewat hutan, ada di bagian akhir cerita.

Burlian diceritakan selalu dikatakan "spesial" oleh Mamak dan Bapaknya. Dan hal itu kelak yang menjadi pegangan sekaligus motivasi bagi Burlian tiap kali ia terbentur masalah.

Ceritanya sederhana sekali, khas Tere-Liye yang menunjukkan nilai lain dari sebuah kampung terpencil yang tampak tidak ada artinya. Burlian terlahir dari Pak Syahdan dan Mak Nur yang tidak tamat Sekolah Rakyat, alias SD. Sehingga pantas saja Burlian diberikan pendidikan tinggi agar kelak tidak seperti Mamak dan Bapaknya, tidak peduli pendidikan yang sangat seadanya.

Burlian terdiri dari 25 episode cerita. Dan tokoh favorit gue disini banyak sekali. Yang paling menyentuh ialah ketika Munjib, teman Burlian, rela tangannya terkena luka bakar karena tekadnya bersekolah. Pada bab itu mengajarkan untuk menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk kita. Cerita itu dirangkum dalam dua bagian Jangan Pernah Berhenti Percaya.

Diceritakan Munjib dilarang Bapaknya sekolah karena ketergantungan biaya. Munjib sebetulnya punya tekad super kuat dalam hatinya untuk tetap sekolah. Pak Bin, guru mereka yang sudah mengabdi sendirian di sekolah selama berpuluhan tahun, bersama teman sekelas lain, mengusulkan ide cerdik untuk memancing Munjib. Mulai dari didatangi Bapaknya dan bermusyawarah, sampai diam-diam dipinjamkan buku dari perpustakaan.  Munjib dipinjami sebuah buku cerita---Monte Cristo, oleh Pak Bin. Selama beberapa saat Munjib sembunyi-sembunyi membacanya, sampai akhirnya ketahuanlah oleh sang Bapak buku itu disimpan di kolong tempat tidur. Bapak Munjib membakar buku itu, dan Munjib berusaha menyelamatkan buku tersebut dan malah luka bakar di tangan yang dia terima. Sebaliknya, buku itu tak terselamatkan sama sekali. Pokoknya bagian Jangan Pernah Berhenti Percaya ini memang menohok hati tanpa diminta.

Bagian lain adalah Nakamura-san. Nakamura diceritakan adalah pemimpin dari suatu proyek terusan di pulau Sumatra. Dia adalah bapak-bapak yang berteman baik dengan Burlian. Dan suatu ketika dia menceritakan tentang anaknya Keiko, yang marah dan tak pernah lagi berkirim surat ketika tahu Nakamura mengerjakan proyek terusan itu. Burlian, yang tergugah, kemudian mengirim surat agar Keiko mau menghubungi Ayahnya lagi. Quotes favorit Nakamura...
Jalan ini tak berujung, Burlian-kun...tak akan pernah. Dari jalan panjang ini kau bisa pergi lebih jauh lagi, menemukan sambungan jalan berikutnya...mengelilingi dunia, melihat seluruh dunia, masa depan anak-anak kampung, masa depan bangsa. Masa depan kau yang penuh kesempatan...

Untuk di keluarganya, Burlian termasuk anak yang beruntung. Berbeda dengan Pukat dan Eliana yang melanjutkan SMP di kota kabupaten, Burlian justru melanjutkan SMP di asrama Jakarta, atas ajakan Nakamura-san. Di akhir cerita, diceritakan Burlian akhirnya bertemu dengan Keiko yang sudah bersahabat pena dengannya, di Tokyo, dan bertemu kembali dengan Nakamura-san.

Di novel ini, gue wajib menceritakan satu tokoh. Yaitu Pak Bin. Ah, dia ini figur guru. Pak Bin adalah seorang guru honorer di sekolah Burlian. Dibanding guru lain, pengabdian Pak Bin jauh lebih membekas. Dia tidak pernah diupah banyak, biasanya pakai upah kayak beras atau ubi. Pak Bin pun selain mengajar juga harus berkebun untuk memenuhi kebutuhannya. Harapannya cuma satu, yaitu diangkat menjadi PNS. Tapi harapan itu tak pernah terwujud, padahal dilihat dari segi perjuangan, Pak Bin patut diberi penghargaan yang tinggi. 
Namun dunia memang sudah tidak adil saat itu. Panitia pengangkatan jelas tidak menerima Pak Bin karena satu hal; uang. Pak Bin, yang menjunjung tinggi kejujuran, sekaligus tidak punya biaya untuk menyuap, jelas sedih dan berputus asa akan hal itu. Meskipun ia sudah berkali-kali mendaftar, namun masalahnya jelas hanya di uang. Dia bahkan hampir mau berhenti mengajar, namun karena kemarahan Munjib, akhirnya, ia mengajar kembali. Gue bahkan nangis waktu tahu untuk kesekian kalinya tes pengangkatan Pak Bin gagal, gak tau kenapa, kebawa cerita kali, hehe.
Di epilog dijelaskan, Pak Bin berhasil mendapat penghargaan dari pemerintah berkat jasa Burlian. Burlian ketika itu meminta para wartawan TV agar Pak Bin diangkat jadi PNS, dan berita itu menyebar cepat sampai ke presiden.

Pelajaran yang bisa dipetik:
  • Kejujuran itu mahal harganya.
  • Jangan pernah berhenti untuk menggapai cita-cita, sesulit apapun, karena kita tidak akan sendirian, akan ada banyak tangan yang membantu di saat masa yang sulit.
  • Berani untuk mengambil keputusan dalam hidup.
  • Seseorang yang terlihat buruk di luar, belum tentu di dalamnya seperti itu.
  • Rela berkorban.
  • Harus menuruti perintah orangtua, karena kalau dibantah, nanti nyesel sendiri.
  • Jangan pernah membenci pengorbanan seorang Ibu.
  • Harus bisa mengerti keadaan keluarga.
  • Menjaga keaslian alam yang ada di sekitar. Bukan merusaknya.
  • Harus kompak dan membaur dengan siapa saja.
  • Jangan pernah menerima harta haram.
  • Jangan menghina orang kalau kita sendiri nggak bisa melakukan apa yang dia lakukan.
  • Dan banyak lagi.
Quotes:
 Dan yang lebih jahat lagi, ketika seorang pemimpin terpilih, kau justru asyik memperoloknya daripada membantunya bekerja...
 Begitu pula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon… Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditanam, semakin baik dipelihara, maka pohonnya akan semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, menentukan seberapa baik kalian akan menghadapi kehidupan.
 Kau tahu, Burlian? Dialah yang mengalahkan raja-raja hebat dunia. Menggerus gunung menjadi rata. Membuat daratan menjadi lautan. Dialah sang waktu.
  Dunia ini tidak hitam-putih, Burlian. Lebih banyak abu-abunya. Jarang ada orang yang hatinya hitam sekali, dan sebaliknya juga susah mencari orang yang hatinya sempurna putih.

Jangan pernah membeci Mamak kau, Burlian… jangan pernah… karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ia lakukan demi kau, Amelia, Kak Pukat, dan Ayuk Eli, maka yang kau tahu itu sejatinyabahkan belum sepersepuluh dari perngorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.

 Tidak ada demokrasi untuk orang-orang bodoh.
Kau tau kenapa seorang pemimpin yang adil doanya makbul  berkali-kali lipat? Karena seorang pemimpin memegang baik-buruk nasib orang-orang yang dipimpinnya.


 Untuk yang 'haus' dengan novel tema keluarga, dan penuh pesan moral tanpa perlu menggurui, novel ini jawabannya.

Cover 2014






Cover lama


Wednesday, 25 June 2014

NEED HELP

Hal yang membuat gue senang akhir-akhir ini adalah ketika tahu gue bisa mengolah blogspot dengan baik. Biasanya sih pake wordpress, karena gampang. Tapi yang membuat gue tertarik dengan blog adalah template-nya yang unyu-unyu...wordpress sekarang kan tema ga bisa nginstall. Kalo blog, cukup download template fav, setel dah tuh di dashboard ente, selesai.

Tapi, saat lagi senang-senangnya magang di blogspot, blog gue kena penyakit serius...

POSTNYA JADI ADA DUA GITU DEH.

Errrgh sumpah bikin jengkel. Gue udah googling kesana kemari, sampe tangan keriting ngetik 'post blog ganda', apa aja pokoknya kata kunci yang bisa mengatasi masalah tampilan ini. DAN GAGAL MULU!!! Sumpah bikin jengkel minta ampun. Gue sempet mau ganti domain, peleh tapi nanti malah makin ribet.

Entah kapan mulai kek gini tapi kayaknya semenjak gue kasih tanda 'read more' di artikel Tanpa James. Jir. Aku menyesal. Sungguh *mata berkaca-kaca*


Anyway ada yang bisa?

Sebetulnya udah edit HTML seperti yang disarankan. Tapi walaupun beberapa kode HTML yang dipercaya membuat tampilan jadi gini udah gue apus, TETEP AJA BEGINI TAMPILANNYA. Dan satu lagi, ane pusing sekali lihat kode-kode HTML yang nggak jelas. Liatnya aja udah males, apalagi nyari kode yang jadi biang kerok tampilan double begini. Mana kotak 'find in page' PC juga bermasalah, ga terlalu efektif.

AAAAH, SOMEONE HELP ME, PLEASE?

Tuesday, 24 June 2014

Gimana Sih Rasanya?

Hidup di desa kayaknya asyik ya?
Bisa nikmatin pemandangan yang bagus, udara sejuk, gotong royong, dan lain-lain.
Well, sebetulnya banyak banget desa di Indonesia yang tipenya seperti itu.
Tiap tahun gue selalu ke desa pembantu gue.
Memang kayak begitu kok!
 Tapi entah kenapa,
Gue justru tertarik sama salah satu desa di Eropa.
Kalau misalnya ada meditasi nih, gue selalu mengkhayal tentang desa ini.
Soalnya katanya pemandangannya memang indah banget, walaupun gue cuma tau keindahan itu dari Google doang.
Teng tereng...
Desa ini adalah desa Juf yang berada di Swiss.
Desa Juf terhitung sebagai sebuah desa tertinggi di Eropa. Berada kalo gak salah di kaki gunung Alpen lah. Anjas, liat fotonya aja udah bikin gue ngiler. Kayaknya asyik bener ya tinggal disana? Jalanan terjal hijau...di kaki gunung lagi! Desa tertinggi di Eropa pula!
Wisss bro, tau darimana desa ini?
Dari buku lah.
Pertama kali tahu dari novel Alline---salah satu penulis remaja fav gue. Walaupun tahunya dari novel pinjaman sih, ahahah. Di novelnya yang berjudul Aviredie, menceritakan sebuah persahabatan yang terjalin di desa ini. Gue terus terang salut sama novel ini. Alline emang best writer, hahaha! Ketahuan dari betapa luasnya geografi yang dia tampilkan di novelnya itu.
Dan gue langsung cari tentang desa ini dan memang bagus banget. Entah kenapa, pengen aje tinggal disana. Keciprat novel Aviredie kali ya? Hihihi. Tapi bro, tapi...
 GUE GAK BISA JERMAN ATAU PRANCIS SATU KATA PUN.
Prancis aja cuma tau bonjour, je t'aime, dan kata-kata mainstream lainnya. Peleh, itu juga gak tau pengucapan yang benernya gimana. Jerman? Cuma tahu Danke, artinya terimakasih. Lah gimana mau tinggal disana. Masih mending juga ada rumah yang bisa ditempatin buat homestay. Kalau di novel Aviredie, si Avoinne sih bisa dengan gampangnya hidup disana, karena Bibinya adalah penduduk sana. Dia juga kan orang New Zealand gitu. LAH GUE?
 Ah. Doa saja semoga ada orang yang berbaikhati ngajarin gue bahasa Jerman atau Prancis, dan ada homestay buat tinggal disana. Huhuhu, semoga aja.


Urgh.









 






Yey that's all. Juf aku datang. (emangnya kapan?)

Tanpa James

Sehari tanpa Kakakku?

About Jean Madison

Kau tahu siapa sosoknya?
Aku,
Selalu memperhatikannya tiap hari
Meskipun aku ini cuma sekedar kabut
Tapi, kenapa tidak?
Dia menyadari kehadiranku
Dia tahu aku selalu menonton
Tiap alunannya yang indah
Dia selalu tersenyum,
Ketika konsernya selesai.
Dunia tahu tentang musiknya,
Dunia terpukau dengan pesonanya
Kenapa aku tidak juga?
 
Untuk Jean Madison,
Kuharap kau tahu,
Betapa kau menginspirasi segumpal kabut sepertiku?
 
-actually, tokoh Jean ini untuk fiksi saya semata. Yes.

Kelas Tanpa Asal Usul

Well, sekarang ini sudah Juni brooo! Sama sekali nggak nyangka, dan anyway, kenapa sih baru pakai domain blogspot, sementara dari kemaren makenya wordpress mulu?

Sebetulnya blogspot ini udah dari jaman dulu dulu banget dibuatnya, tapi maklum bikinnya juga pas masih bocah jadinya ya ga pernah dipake. Lagipula bosen juga sih pake wordpress, pengen aja pake blogspot.com. Untuk wordpress sementara ini untuk sekedar wadah untuk share cerita fanfiction aja, domain ini dipake buat semacem...yah, blog orang pada umumnya. Sharing hal-hal yang terjadi di sekitar. (coba deh kunjungin wordpress saya disini. promosi doloe ceritanya).


Baru aja dibagiin rapot kemarin, dan lumayan akhirnya gue dapet ranking juga. Haha, first time in forever! (backsound Kristen Bell nyanyi) sebetulnya pas ambil rapot sih harapan gak muluk-muluk, "ah paling gue ranking 17 atau 18 lagi". Tapi siapa sih yang nyangka. Waktu Bu Siti menyerahkan rapot dengan penuh hikmad, dan gue membukanya, yang pertama kali dilihat adalah tulisan ranking yang tertera di lembar rapor HUAHAHA. Dan gue nggak nyangka, tau-tau dapet ranking 10 aja. Pas nggak tuh? Udah bener-bener di terakhir. Well, karena selama SD sampai SMP ini paling jelek itu dapet rank 18. Waktu SD gue ranking 9 aja udah digeblak, tapi karena SMP ini persaingannya tinggi kali, jadinya slow banget waktu tahu ranking gue amat pas-pasan. Ada Iffa, Balqis, Astri, Rahma, Arya, dan sederet lagi murid 79 dengan IQ melebihi batas, dan membuat gue sempat menciut.

Sebetulnya sih udah ga mikirin mau ranking berapa, tapi gue kedepannya mikir bahwa kelas 79 bakalan dipisah. Sedih sekali. Dari bulan Agustus 2013 sampai bulan ini, kita selalu bareng-bareng. Gila-gilaan, dan pokoknya kelas ini kreatif sekali.  Sempet terbersit "anjrit kelas macam apa ini" "ah gue mau pindah" "gila gua nyesel masuk sini" "pengen kaya kelas lain" tapi lama-lama gue sadar, mungkin emang takdir menempatkan gue di kelas aneh ini -_- 


 Kelas 79 beda dari yang lain, dan gue malah baru kepengen menghabiskan waktu lebih banyak lagi justru ketika hendak pisah. Tapi apa daya, seminggu terakhir sekolah gue malah ada halangan padahal hati ini udah kekeuh pengen masuk. Aaaah aku bakalan kangen 79. 


Ceritanya bermulai ketika saat itu ada acara Bento Adventure ya? Saat itu dikasih kelas yang sebenarnya. Gue seneng banget waktu mau ada pembagian kelas, karena kelas 74 itu SUPER PENGAP, mana persaingan dapet tempat duduk tinggi banget pula. Bayangin 50-an anak dalam satu kelas? Beuh. Jadi kalau mau dapet tempat duduk yang cuma berdua ya musti dateng jam 6an, kalau nggak, rela deh tuh musti duduk bertiga satu meja. Waktu itu daftar murid ditempel di jendela, dan nama gue dapet di kertas yang dipojok banget-___-kelas 79, yehey. Tapi yang konyolnya gue malah masuk ruangan 73, dan sempet setengah jam duduk disana, tanpa menyadari gue ini salah kelas. Soalnya kertasnya ditempel di depan 73 sih, gue kan salah kelas juga jadinya -_--- tapi untung langsung sadar dan mendapati bahwa ruangan 79 itu berada di sangat pojok dan terpencil. Tapi gue seneng, soalnya kelas ini terang juga. Ruangan 74 kan gelap.

But wait...
Kipas nggak ada satupun yang nyala.
Payah.

Gue duduk sendirian, di barisan paling pojok lagi, dan hanya duduk sambil wa-in Kesya dan bercurhat cipika-cipiki tentang sekolah masing-masing. Di lain sisi gue melihat ada anak cewek dikucir yang lagi galau dengerin musik di pojokan seberang. Kedepannya gue tahu bahwa anak itu bernama Diana. Tadinya pengen gue deketin tapi males sih. Trus di depan gue ada Zalfa dan Fachri yang kayaknya memang sudah ditakdirkan jadi soulmate dan belakang ada Septi dengan tubuh mungilnya. I STILL REMEMBER HAHAAY.

Well, awal-awal gue gak berniat berkenalan banyak dengan anak-anak disana. Waktu awal masih main sama anak-anak 74. Awal sih mainnya sama Alda, Atika, Mona. Tapi waktu itu gue baru tau kalau makhluk bernama Reisya ditempatkan satu kelas sama gue. Reisya ini tipe anak hijab yomen, dan dulu masih culun sekali, sekarang mah kek jakam. Eeeh...

 Terhitung hanya ada 4 anak dari 74 yang masuk ke 79. Gue, Arya, Reisya dan Gracelle.  Huh, masih inget banget waktu awal masuk gue ama Reisya masih sempet bilang "lho, cowok yang disana ganteng lho" dan beberapa bulan kemudian, sosok 'yang dikatakan' ganteng itu malah gue jadi ilfeel lihatnya hiii. Namanya Davied, dan sekarang tidak ganteng lagi. Heh.

Waktu awal pemilihan organisasi pun milihnya seadanya banget. Thamrin, jadi ketua kelas, yang kemudian mengembani tugas bolak-balik ke TU sama ruang guru, dulu masih luar biasa culun. Rambutnya belum di gel, dan sisi macho nya belum kelihatan. Iffat masih unyu unyu gembul. Well, sudah tidak ingat lagi sih, tapi setidaknya struktur organisasinya begini:

Ketua: Thamrin
Wakil ketua: Iffatricia 
 Sekretaris: 1. Fatimah 2. Hans
Bendahara: 1. Balqis 2. David
Seksi kebersihan: Reisya (padahal dia sendiri berantakan-_-)
Seksi keagamaan: Ariq (anak alim.)
Seksi kebudayaan: Diana
Seksi olahraga: Arya

Yak cuma bisa inget segitu aja. Dan juga sebetulnya ada Tania, yang secara tidak resmi menjabat sebagai wakilnya wakil ketua (nah lho?) karena dia dan Iffat itu seperti lem dan kertas. Iffat ada tugas disitulah Tania ada. Ih so sweet(?) pokoknya thankful buat Pak Teddy yang menyempatkan bikin organisasi kelas, walaupun sama sekali bukan wali kelas. I lop yu pak *tebar kisseu*
Wali kelas 79 adalah Almh. Bu Mursyida. Pertama kali ngajar itu dia banyak banget yang sebel. Soalnya tugas kelompoknya itu mantap sekali. Bahkan ada beberapa yang nyebut diaBu Musibah (astaghfir) saking dahsyat tugasnya itu. Mana lagi sih guru yang sekali ngasih tugas lo suruh ngerjain satu bab, yegak? Tugas kita juga ngaret banget hahaha, padahal kelas sendiri. Kelas 77 udah bab 5 kelas gue masih bab 3. Biarin lah kita telat, yang penting hepi.

Davied sempat menciptakan tren semacam merayu tante-tante. Dan diucapkannya dengan penuh gairah-_-sampe dulu Kartika nyemprot hari Senin, Davied sama Tante Melly, Selasa sama Tante Melati, Rabu, Kamis...dan seterusnya.

Dan juga cup song.  Entah sudah berapa gelas dihabiskan buat latihan maenan ginian. Waktu itu kelas berguru sama Astri, cuma biar biasa nyiptain irama 'tek-tek-duk-duk-tek-dung-tek'. Eh bener, tapi susah lho biar bisa, kelas gue banyakan yang frustrasi daripada yang berhasil -_- padahal kalo udah bisa pasti ngegumam sendiri "gampang banget" tapi emang prosesnya yang susah. 

Dan juga kotak pos ala 79. Dimainkan dengan lingkaran yang besar dan biasanya dimainin di depan kelas waktu jam kosong. Dulu sih ini tren banget, pokoknya nggak main nyesel. Lo dituntut untuk memikirkan suatu nama dalam waktu yang cepat, karena permainan ini berputar. Dan juga, nggak boleh nyebutin nama yang sudah disebut sebelumnya. Ketara, paling banyak kotak pos cuma sampe 2 puteran, karena pasti ga sengaja nyebut sesuatu yang udah kesebut. Karena the power of kepepet ini, banyak banget nama baru kayak hewan sirsak, duku dan pir. Empu nama hewan baru ini sih si Astri. Lucu banget kalo udah liat ada yang nge-blank.

Di kelas 79 ada doinya Pak Oktori, yaitu Iffat. Siapa lagi sih yang nyambung sehati seraga sama Pak Oktori kecuali si Ippat? Pokoknya Iffat dan Pak Oktori ini satu ikatan (apasih). Kalo Pak Okto lagi ngoceh, cuma Iffat yang bisa nangkep. Sungguh pacar yang perhatian.
Well, inilah kita. Dari yang awalnya jaim dan menyendiri, membaur. Dari awalnya sok malu-malu jadi malu-maluin. Dari yang awalnya ga kenal jadi kenal. Walaupun tahun ini bakalan pisah, gue harap teteeeeeup solid. Tetep beda dari yang lain, dan juga semoga perpisahan ga ngaruh apa-apa. Aaaah, love you guys! <3
 
 
Blognya Nadia Blog Design by Ipietoon